Tentang Uban

IMG_6795.JPG

Sebuah dialog gak penting kala seorang istri mencabuti uban suaminya …
Suami: Loh Ma, kok yang hitam dicabutin juga?
Istri: Bonus, Paa …

Lain waktu, sebelum suami komplain lagi sang istri sudah wanti-wanti duluan …
Istri: Pa, kalau nanti nampak ada yang hitam tercabut juga berarti Mama punya visi jauh ke depan. Sebelum rambutnya berubah jadi uban, Mama cabutin aja sekarang …

Eh, sang suami bentar lagi mau ultah neeeh … Kasih kado apa yaaa #lostfocus

(Gambar diambil dari polahidupsehat.web.id)

Krisis Listrik Sumut: Pilih Menghujat Atau Menghemat?

Krisis listrik di Sumatera Utara memang gila-gilaan. Sebenarnya mulainya sudah lama, sejak sekitar pertengahan tahun 2013 ini mati lampu hampir setiap hari dengan frekuensi bisa kayak minum obat, 3 kali sehari. Aku sebelumnya gak bikin posting karena berharap krisis listrik akan segera usai sehingga gak perlulah bikin ulasan *halah siapa juga yang nungguin ulasanmu, jeng*. Tapi ternyata sampai November sudah mau berakhir ini saja masih terjadi pemadaman. Terpaksalah sekarang dibuat postingan yang cukup panjang ini (dan membosankan bagi yang gak suka panjang-panjang).

Saking gondoknya karena masih saja pemadaman, koran lokal sampai memasang headline besar-besaran “Dahlan Iskan Ingkar Janji” berhubung Pak DI pernah berjanji krisis akan selesai di November. Walaupun pemadaman sudah tidak setiap hari lagi tapi tetep aja yang namanya pemadaman bikin gak nyaman. Ya gelap, ya panas, ya gak bisa beraktifitas normal.

Awalnya memang kami juga mengeluhkan PLN sebagai biang kerok karena ketidaktahuan akan penyebab masalahnya. Tapi makin ke sini makin banyak yang membahas krisis listrik makin terekspos di media (baca juga blog tentang Pak Dahlan Iskan di sini) akhirnya makin disadari kalau masalahnya tidak sesederhana menyelesaikan bola lampu yang mati di rumah.

Lagipula, bekerja di lingkungan kantor yang sekarang selama hampir 10 tahun (ehh baru sadar udah lama juga yah) membuat aku sadar sesadar-sadarnya bahwa selesainya suatu pekerjaan besar tidak tergantung hanya kepada satu pihak saja, melainkan banyak pihak yang terlibat. Contoh kecilnya ketika ada proyek komputerisasi apakah hanya bagian IT yang bisa menentukan kapan selesai proyek tersebut? Hohoho … tentu saja tidak. Justru banyak sekali pihak lain yang mempunyai andil dan tanggung jawab dalam selesai atau tidaknya suatu proyek. Dan ironinya, andil pihak selain IT ini yang malah sangat menentukan. Mulai dari end user yang bertanngung jawab menyelesaikan user acceptance test, komitmen vendor software dalam bekerja sama sampai ke pengambilan keputusan atas kebijakan oleh pemilik proses bisnis. It’s a team work, u know. *loh kok jadi curhat colongan* #lost focus#

Kembali ke listrik, kalau mau mencari siapa yang salah, semua orang mah bisa ya. Apa susahnya sih mengacungkan telunjuk ke muka orang lain. Yang susah itu ke muka sendiri. Kalau mau rame-rame menghujat, itu lebih bisa lagi. Padahal kalau ditelaah lagi (aaah sedap bahasanya, ciyus banget), sebenernya semua pihak salah, termasuklah kita sendiri!

Yang pertama tersangka utama, jelas PLN, dituduh tidak bisa merawat pembangkit-pembangkit listrik sampai ke distribusinya. PLN juga dihujat karena tidak bisa mengestimasi kebutuhan listrik sehingga bikin terjadinya krisis listrik. Tapiii … kalau memang PLN yang salah kenapa Sumut aja yah yang sering krisis? Di Palembang tuh, malah surplus listrik.

Nah sebenarnya, jajaran pemerintah daerah Sumut juga bertanggung jawab dalam menjaga keberlangsungan pasokan daya listrik ke masyarakat. Pemerintah daerahlah yang memutuskan memberikan izin atau tidak ke PLN. Dan kenyataannya, susah banget mendapatkan izin untuk membangun PLTA Asahan yang berujung kepada krisis ini.

Terus, salah siapa lagi? Oknum pekerja PLN yang korupsi sehingga uang yang seharusnya untuk PLN malah masuk kantong pribadinya. Atau yang korupsi sehingga spesifikasi pembangkit tidak sesuai.

Terus, salah siapa lagi? Ada lagi salah masyarakat yang gak mau membebaskan lahannya untuk keperluan pembangunan pembangkit listrik di Pangkalan Susu. Gimana mau bangun kalo gak ada lahan?

Terus, salah siapa lagi? Ada juga salah masyarakat yang mencuri listrik sehingga pemasukan PLN berkurang sementara konsumsi listrik bertambah.

Terus? Yaaa salah kita semua di Sumut tercinta ini dong yang gak mau menghemat listrik. Sudah tahu lagi krisis eeehhh bukannya menghemat listrik rame-rame? Lah bayangin aja kalo kondisi keuangan keluarga kita lagi krisis kan otomatis kita dengan sendirinya mengencangkan ikat pinggang. Gitu juga listrik dong.

Hehehe … jadi begitulah, kalau mau nyari kambing hitam sih gampang yah. But now that we’ve found the scape goat, what’s next? Problem’s resolved by finding the scape goat?

Seperti yang selalu aku tanamkan ke anak-anak, kalo sedang ada masalah janganlah fokus ke siapa yang salah. Tapi fokuslah ke apa yang bisa kita lakukan supaya ada solusinya. Ya, kita. K-I-T-A.

Jadi apa yang bisa kita lakukan untuk membantu mempercepat penyelesaian krisis ini?

Logikanya kan sederhana, pemadaman karena krisis listrik itu umumnya terjadi karena produksi lebih kecil daripada konsumsi. Kalau kita sebagai masyarakat biasa (alias bukan gubernur, bukan direksi PLN, bukan menteri) gak bisa ‘mengontrol’ bagian produksi kan bisa kita mengontrol konsumsi? Dimulai dari mana? Ya diri sendiri dulu dong. Masa’ tetangga?

Eeehh ada yang komentar, ‘Ngapain gue capek-capek mikirin menghemat listrik. Rumah rumah gue, pacar pacar gue listrik gue yang bayar. PLN tuh yang harus genjot produksi!’

Naaah kembali ke poin awal tadi lagi, lebih baik cari siapa yang salah atau cari apa yang bisa dibantu sih?

Gak rugi kok kalo kita menghemat. Malah untung. Sejak lebih menghemat lagi, tagihan listrik di rumah kami berkurang sekitar 100 ribu tiap bulan. Pasti ini juga yang turut menyumbang keberhasilan dalam mengurangi frekuensi pemadaman. Cieeehh … yang penting PD. Yakin dong, buktinya Earth Hour aja.
Perilaku kecil seperti mematikan lampu atau peralatan elektronik yang tidak terpakai adalah hal yang paling mudah dilakukan oleh siapapun. Dengan ikut mematikan lampu bersama di EARTH HOUR, sudah dibuktikan bahwa sekecil apapun AKSI yang kita lakukan, akan berdampak besar jika dilakukan bersama-sama (dikutip dari web site-nya).

Tips menghemat listrik yang lengkap ada di sini yang memang sudah dijalanin sehari-hari. Kalau tips tambahan khusus untuk menghadapi krisis saat ini, sementara sambil menunggu krisis usai ini nih:
1. Mencabut lampu yang ganda, contohnya lampu tidur, jadi cukup 1 lampu kanan aja. Toh masih kelihatan juga.
2. Tidak menghidupkan lampu balkon depan. Memang balkon jadi agak redup dan gak secantik kalau lampu dihidupkan, tapi hey, tidak ada penilaian balkon tercantik tingkat RT dalam waktu dekat ini kan?
3. Salah satu AC kamar dihidupkan pas sudah mau tidur saja atau kalau cuaca sedang panas saja. Jadi selama jam beban puncak diusahakan gak hidup. Untungnya antar kamar terhubung pintu koneksi, jadi selama pintu koneksi dibuka dapat kiriman udara dingin dari kamar sebelah.
4. Timer off AC diset lebih awal, jam 4 pagi. Jam 4 pagi kan bukan jam beban puncak? Ya gitulah, saking krisisnya pagi pun suka pemadaman.

Tips satu lagi, khusus untuk yang curi listrik nun di sana … wooooiii jangan nyuri lagi kao! Ups, kok kayak preman pajak Sambu bahasanya. Maafkan, esmosi jiwa 🙂

Jadi bagaimana, pilih rame-rame menghujat atau rame-rame menghemat?

20131128-220856.jpg
Lagi krisis ngidupin lampu begini? Tunda dulu ya!

Our New Baby

Isn’t he so loveable? First time we met was on our porch about last month. He was so cute, yet so hungry because his mom left him alone. I’ve no idea that a mom can be so irresponsible, even if ‘she’s’ an animal. So, here we are now, having each other!

Ternyata Pohon Dadap Merah Banyak Khasiatnya

Dadap Merahku

Udah liat postingan ‘tamu’ gw sebelumnya, yang menceritakan pohon kesayanganku ituh? Ternyata pohon yang telah setia menemani rumah kami itu namanya pohon dadap merah (iya rada sombong yah, sudah menemani sekian lama baru berkenalan sekarang). Memang sesuai dengan warna bunganya yang merah. Nama binomialnya Erythrina variegata dari Famili Fabaceae/Leguminosae. Kalo nama bule-nya Tiger’s Claw.

Hasil pencarian gw di wikipedia menunjukkan bahwa pohon ini banyak khasiatnya di antaranya untuk memperbanyak ASI (air susu ibu), membuat tidur lebih nyenyak, dan bersama dengan bunganya untuk melancarkan haid. Cairan sari daun yang dicampur madu diminum untuk mengobati cacingan; sari daun dadap yang dicampur minyak jarak (kasteroli) digunakan untuk menyembuhkan disentri. Daun dadap yang dipanaskan digunakan sebagai tapal untuk meringankan rematik, juga sakit perut. Pepagan (kulit batang) dadap memiliki khasiat sebagai pencahar, peluruh kencing dan pengencer dahak. Namun, bijinya agaknya beracun. Hmm … perlu diwaspadai nih kalo sampe bijinya jatuh, ntar dimain-mainkan anak-anak kan bahaya. Tapi Alhamdulillah sejauh ini gw belum pernah menemukan bijinya, yang katanya berbentuk polong. Kalo bunganya sih buanyaaak … sampe-sampe halaman kami jadi bed of tiger’s claws.

Bed of Tiger's Claws

Nah entah kenapa kebetulan minggu lalu misua gw sakit perut. Fajar-fajar misua gw terbangun dan kesakitan. Langsung aja deh gw praktekkan, memetik daun dadap depan rumah gw itu, melayukannya di atas api, lalu menempelkannya di perut misua sebagai tapal. Misua tercinta bilang sakit perutnya mereda! Dan gw tau misua gak berkata begitu hanya untuk menyenangkan hati gw karena setelah pake tapal misua bisa tidur nyenyak sampai pagi. Hmmm … gw tambah sayang deh sama mas Dadap itu.

Cinta terlarang antara aku dan mas Dadap

Selain fungsi kesehatan pohon ini juga mengundang burung-burung dan mencegah polusi. 

Persahabatan Dadap dan Burung

Memiliki kandungan protein (dan nitrogen) yang tinggi, daun-daun dadap juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau untuk pupuk hijau. Apalagi yah? Ohya … tentu saja … pohon ini berfungsi sebagai peneduh. Anak-anak tetangga, teman main Nadya dan Rifky senang sekali ‘mangkal’ (emangnya tukang ojek) di bawah pohon ini. Sesekali di siang hari yang terik ada mobil tamu tetangga yang numpang parkir berteduh di bawah pohon itu.

Dadap Merah dan Langit Biru

Begitu gw memberitahu informasi ini ke Rifky, Rifky seperti bertambah takjub sekali dengan pohon ini. Rifky langsung mengusulkan gw untuk mencatat semua hal itu dan menempelnya di pohon supaya semua orang tahu! 🙂

Rindangnya mas Dadap

Pohon Kesayanganku

Ini adalah postingan ‘tamu’ … alias bukan gw yang nulis, tapi ananda Nadya … Sebenernya Nadya punya blog sendiri, tapi gw minta menulis untuk blog gw. Happy reading …

Rifky-Tara(seorang sahabat)-Nadya di bawah pohon kesayangan

  Di rumahku yang asri ini, kami memelihara sebuah pohon yang besarnya melebihi rumah kami. Dan suatu saat ide cermelangku muncul. Aku memutuskan bahwa aku ingin membuat ayunan di bawah pohon. Awalnya, belum terkabulkan, tapi lama kelamaan ayunan itu muncul. Bersama sahabat-sahabatku aku bermain ayunan tiap akhir pekan, sampai kukatakan sejujurnya bahwa sampai aku lupa waktu. Setelah lama ayunan itu berdiri, papaku jadi rajin nyapu. Tapi, emang sebelumnya papaku rajin nyapu. Lama kelamaan, rumput di bawah ayunan itu mati, tapi aku tetap enjoy main ayunan.

    Mamaku sering memotoku. Setiap hari Minggu, di antara papa, mama, dan Rifky, akulah paling duluan bangun dan segera menyambut ayunan dengan semangat serta menunggu kawan. Kata mamaku, aku harus menciptakan puisi untuk pohon itu seperti pangeran Charles. Dia berbicara dengan tumbuhan agar tumbuhannya subur. Suatu saat, papaku berencana untuk menebang pohon itu. Kutahan rencana itu supaya tidak jadi. Sudah berapa bulan kujalani hidupku dengan pohon ini. I love this tree. Ini pohon paling ajaib di hidupku. Kusebut pohon ini dengan pohon kesayanganku.

    Sekian ceritaku…Kalau umurku panjang, kita akan bertemu lagi di season lainnya…Bye…

By: Nadya Caren Amelia